Sahabat, Manusia pada asalnya suci, bersih, tak bernoda, apalagi berdosa. Demikian bunyi satu hadist yang Nabi SAW sampaikan, ''Setiap anak itu terlahir sebagai makhluk yang suci dan bersih.'' (dalam HR Bukhari-Muslim). Namun, faktor lingkunganlah yang kemudian mempengaruhinya, hingga ia menjadi seorang Muslim atau non-Muslim dalam kesehariannya atau pola kelakuannya (bukan agamanya ya). Inilah yang digambarkan lebih lanjut oleh Nabi SAW, ''Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu sebagai seorang Yahudi atau Nasrani.'' (HR. Bukhari-Muslim).
Fitri atau fitrah dalam kamusnya bermakna suci, bersih, dan tak bernoda. Fitrah manusia sejatinya adalah suci, karena ia berasal dari Zat yang suci, yaitu Allah SWT. Karena kesucian manusia inilah, Allah SWT kemudian memuliakan mereka dibandingkan dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Bayangkan saja, Malaikat dan seluruh isi langit bersujud kepada Moyang kita Adam AS (Kecuali Iblis/Jin). ''Sungguh telah Kami muliakan anak keturunan Adam, lalu Kami tempatkan mereka di daratan dan di lautan, kemudian Kami beri mereka rezeki dari jalan-jalan yang terbaik. Kami unggulkan derajat mereka dibandingkan dengan makhluk-makhluk Kami yang lain.'' (dalam Al-Isra: 71).
Kelahiran kita yang suci, lalu berubah menjadi sosok-sosok yang beragam. Ada yang teguh mempertahankan kesuciannya, ada yang berubah menjadi kotor lalu menyucikan diri, dan ada pula yang kotor tapi tidak mau membersihkan kotoran-kotoran dosa itu hingga kematian menjemputnya. Semua itu adalah proses-proses yang pasti dialami dan dilalui oleh umat manusia di alam dunia ini (coba deh sedikit di renungkan). Dunia adalah ladang proses yang menentukan arah dan tujuan manusia ke tempat asalnya semula, yaitu Allah SWT.
Orang-orang yang selalu berusaha membersihkan dirinya dari dosa, maka ia akan berjumpa dengan Allah SWT (begitu kata Allah) dalam keadaan yang juga bersih dan suci, seperti awalnya. Namun jika jiwa kotor, maka ia akan menghadap Allah SWT dalam kekotorannya. Allah SWT sesungguhnya tidak akan dapat menerima hamba-hamba-Nya yang berjiwa kotor. Ia hanya menerima jiwa-jiwa yang tenang dan bersih: ''Wahai jiwa-jiwa yang bersih dan tenang, kembalilah kepada Tuhan sejatimu dalam keridhoan. Masuklah kalian ke dalam golongan hamba-hamba-Ku yang akan masuk surga.'' (Al-Fajr: 27-30). Itulah titik ujung perjalanan umat manusia sesungguhnya. Menjadi hamba-hamba Allah SWT yang suci kembali, setelah melewati berbagai macam cobaan dan godaaan di alam dunia.
Puasa merupakan salah satu alat untuk membimbing orang-orang beriman ke jalan kesucian hakikinya. Karena dalam ibadah ini, seorang yang berpuasa berpotensi besar mampu meraih kesuciannya kembali, dengan catatan bahwa ibadah puasa itu tidak hanya untuk menahan lapar dan dahaga. Akan tetapi, puasa dilakukan untuk mengekang keinginan-keinginan kotor nafsu yang setiap saat bergejolak. Berpuasa dengan demikian adalah jalan efektif meraih kembali kesucian jiwa yang telah lama ternoda oleh dosa yang menggurita. Nafsu di bulan puasa dikekang semaksimal mungkin untuk itu semua. Ketika nafsu sudah terkontrol, jiwa akan mudah terisi penuh dengan sinaran cahaya Allah SWT yang suci.
Karena itu, orang berpuasa yang sukses hakikatnya ia telah meraih kebahagiaan sejati, karena telah menemukan kesuciannya kembali. Sabda Rasulullah SAW, ''Orang berpuasa itu memiliki dua kebahagiaan, pertama ketika berbuka (di dunia), dan kedua kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhan di akhirat kelak.'' (HR Bukhari, Muslim, Tarmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ad-Darimi). Bahagia ketika sukses menyucikan jiwanya dengan berpuasa, dan juga bahagia ketika kesucian jiwa itulah yang mampu mempertemukannya dengan Allah SWT yang Maha Suci.
Wallahu'alam bis shawab
Bungzhu mengucapkan, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H. Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Semoga kelak kita menjadi pribadi yang penuh bersyukur dan kembali suci dalam kesucian. Amiin Amiin yaa Rabbal Alamin.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
Fitri atau fitrah dalam kamusnya bermakna suci, bersih, dan tak bernoda. Fitrah manusia sejatinya adalah suci, karena ia berasal dari Zat yang suci, yaitu Allah SWT. Karena kesucian manusia inilah, Allah SWT kemudian memuliakan mereka dibandingkan dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Bayangkan saja, Malaikat dan seluruh isi langit bersujud kepada Moyang kita Adam AS (Kecuali Iblis/Jin). ''Sungguh telah Kami muliakan anak keturunan Adam, lalu Kami tempatkan mereka di daratan dan di lautan, kemudian Kami beri mereka rezeki dari jalan-jalan yang terbaik. Kami unggulkan derajat mereka dibandingkan dengan makhluk-makhluk Kami yang lain.'' (dalam Al-Isra: 71).
Kelahiran kita yang suci, lalu berubah menjadi sosok-sosok yang beragam. Ada yang teguh mempertahankan kesuciannya, ada yang berubah menjadi kotor lalu menyucikan diri, dan ada pula yang kotor tapi tidak mau membersihkan kotoran-kotoran dosa itu hingga kematian menjemputnya. Semua itu adalah proses-proses yang pasti dialami dan dilalui oleh umat manusia di alam dunia ini (coba deh sedikit di renungkan). Dunia adalah ladang proses yang menentukan arah dan tujuan manusia ke tempat asalnya semula, yaitu Allah SWT.
Orang-orang yang selalu berusaha membersihkan dirinya dari dosa, maka ia akan berjumpa dengan Allah SWT (begitu kata Allah) dalam keadaan yang juga bersih dan suci, seperti awalnya. Namun jika jiwa kotor, maka ia akan menghadap Allah SWT dalam kekotorannya. Allah SWT sesungguhnya tidak akan dapat menerima hamba-hamba-Nya yang berjiwa kotor. Ia hanya menerima jiwa-jiwa yang tenang dan bersih: ''Wahai jiwa-jiwa yang bersih dan tenang, kembalilah kepada Tuhan sejatimu dalam keridhoan. Masuklah kalian ke dalam golongan hamba-hamba-Ku yang akan masuk surga.'' (Al-Fajr: 27-30). Itulah titik ujung perjalanan umat manusia sesungguhnya. Menjadi hamba-hamba Allah SWT yang suci kembali, setelah melewati berbagai macam cobaan dan godaaan di alam dunia.
Puasa merupakan salah satu alat untuk membimbing orang-orang beriman ke jalan kesucian hakikinya. Karena dalam ibadah ini, seorang yang berpuasa berpotensi besar mampu meraih kesuciannya kembali, dengan catatan bahwa ibadah puasa itu tidak hanya untuk menahan lapar dan dahaga. Akan tetapi, puasa dilakukan untuk mengekang keinginan-keinginan kotor nafsu yang setiap saat bergejolak. Berpuasa dengan demikian adalah jalan efektif meraih kembali kesucian jiwa yang telah lama ternoda oleh dosa yang menggurita. Nafsu di bulan puasa dikekang semaksimal mungkin untuk itu semua. Ketika nafsu sudah terkontrol, jiwa akan mudah terisi penuh dengan sinaran cahaya Allah SWT yang suci.
Karena itu, orang berpuasa yang sukses hakikatnya ia telah meraih kebahagiaan sejati, karena telah menemukan kesuciannya kembali. Sabda Rasulullah SAW, ''Orang berpuasa itu memiliki dua kebahagiaan, pertama ketika berbuka (di dunia), dan kedua kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhan di akhirat kelak.'' (HR Bukhari, Muslim, Tarmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ad-Darimi). Bahagia ketika sukses menyucikan jiwanya dengan berpuasa, dan juga bahagia ketika kesucian jiwa itulah yang mampu mempertemukannya dengan Allah SWT yang Maha Suci.
Wallahu'alam bis shawab
Bungzhu mengucapkan, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H. Mohon Maaf Lahir dan Bathin. Semoga kelak kita menjadi pribadi yang penuh bersyukur dan kembali suci dalam kesucian. Amiin Amiin yaa Rabbal Alamin.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
wah blog nya sangat keren salam kenal gan
BalasHapuswah kunjungan ke dua nih salam kenl gan
BalasHapusinfonya bermanfaat banget saya tunggu postingan berikut nya
tingkat kan kreatifitasmu
BalasHapus