MARHABAN Ya Ramadhan, Selamat datang bulan Suci Ramadhan. Mulai hari ini hingga sebulan ke depan, umat Islam Indonesia, bersama dengan ummat Islam seluruh dunia, memasuki bulan mulia yang penuh berkah, yang mewajibkan umat Muslim untuk menunaikan salah satu kewajiban utamanya: berpuasa.
Memasuki hari pertama bulan suci ini, mari kita renungkan kembali esensi salah satu khutbah Rasulullah Muhammad SAW saat menyambut Ramadhan, seperti yang diriwatkan Salman Alfarisi. Rasulullah menegaskan bahwa Bulan Ramadhan adalah bulan sabar dan sabar itu imbalannya adalah syurga. Bulan Ramadhan itu adalah bulan kasih sayang dan bulan tolong menolong. Siapa memberi bukaan pada orang yang berpuasa, Allah akan memberi pengampunan dan pembebasan dari azab api neraka. Allah memberi pahala walau pemberian itu hanya secangkir air.
Memasuki hari pertama bulan suci ini, mari kita renungkan kembali esensi salah satu khutbah Rasulullah Muhammad SAW saat menyambut Ramadhan, seperti yang diriwatkan Salman Alfarisi. Rasulullah menegaskan bahwa Bulan Ramadhan adalah bulan sabar dan sabar itu imbalannya adalah syurga. Bulan Ramadhan itu adalah bulan kasih sayang dan bulan tolong menolong. Siapa memberi bukaan pada orang yang berpuasa, Allah akan memberi pengampunan dan pembebasan dari azab api neraka. Allah memberi pahala walau pemberian itu hanya secangkir air.
Walau dengan bahasa sederhana khutbah Rasullah itu sangat luar biasa maknanya untuk kita renungkan, terutama bila kita mengkaitkan dengan berbagai macam persoalan yang saat ini kita dan bangsa Indonesia hadapi. Kita lihat dari esensi pertama khutbah Rasulullah di atas: sabar. Bulan Ramadhan adalah bulan sabar dan sabar itu imbalannya adalah syurga. Mari kita bertanya pada diri kita sendiri: sudahkah kita dan bangsa ini mengedepankan sabar dalam bertindak?
Sudah teramat lazim kita melihat elemen-elemen bangsa itu tidak sabar, tak dapat menahan diri. Sekedar contoh kecil: Lihatlah para demonstran kita, sabarkah mereka untuk menahan diri untuk tidak bertindak anarkis, bagaimana aparat keaman kita, apakah mereka juga bersabar untuk tidak mengambil tindakan kekerasan dalam menghadapi para demonstran. Mari kita lihat pula para petinggi negeri ini: apakah mereka telah bersabar untuk menahan diri tidak melakukan korupsi, apakah para anggota Dewan Perwakilan Rakyat kita yang terhormat atau juga para hakim kita yang mulia itu telah bersabar menahan diri untuk tidak menerima suap? Haram bagi kita memang untuk menghakimi atau bahkan hanya berprasangka buruk. Haram bagi kita pula untuk megeneralisir semua. Tapi yang pasti, bila kita mengedepankan sabar seperti yang diwasiatkan Rasullah, bangsa itu tentu lebih sejahtera.
Kita renungkan pula esensi puasa khutbah Rasullah dia atas: Bulan Ramadhan itu adalah bulan kasih sayang dan bulan tolong menolong. Sudahkah bangsa ini kasih sayang dan saling tolong menolong? Maksud dari kasih sayang dan tolong menolong ini tentulah sikap keperdulian kita terhadap orang lain. Sudahkah elemen-elemen bangsa ini peduli pada nasib orang lain? Apakah para petinggi bangsa ini peduli akan nasib rakyatnya, apakah para hakim kita telah peduli pada keadilan sebenarnya, apakah para pengusaha kita peduli para para pekerjanya? Sangat sulit memang untuk menjawabnya.
Bulan Ramadhan ini adalah bulan bagi kita untuk intropeksi diri dan sekaligus koreksi atas segala prilaku kita. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini pasti telah banyak hal hal membutakan mata hati kita yang membuat kita berbuat segala macam kekhilafan dan kesalahan, baik sebagai pribadi maupun masyarakat.
Di bulan puasa kali ini, kita jangan lagi tak terjebak dalam rutinitas tahunan sehingga lupa memahami dan mengimplementasikan nilai nilai relijius serta pesan moral Ramadhan. Mudah-mudahan kita tidak termasuk dalam orang yang disebut Rasullah dalam hadisnya: Banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan nilai apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga.
terima kasih di atas peringatan...
BalasHapus